Presiden AS Donald Trump pada Rabu (23/12/2020) memberikan penghargaan keamanan nasional kepada sejumlah pejabat terkait perdamaian Arab Israel. Beberapa pejabat tinggi itu dianggap berjasa sebagai perantara perjanjian normalisasi Israel dengan empat negara Arab. Sejauh ini Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko sudah mengaku berdamai dengan Israel.
Keempat kesepakatan yang disebut Abraham Accords atau Kesepakatan Abraham ini hanya terjadi dalam empat bulan terakhir. Dilansir , Trump memberikan Medali Keamanan Nasional kepada Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, Menteri Keuangan Steven Mnuchin, Penasihat Kemanana Nasional Robert O'Brien, Penasihat Senior Jared Kushner, utusan Timur Tengah Avi Berkowitz, Dubes AS untuk Israel Israel David Friedman dan Dubes AS untuk UEA John Rakolta. "Berkat upaya individu individu ini, wilayah tersebut tidak akan pernah sama karena akhirnya bergerak melampaui konflik di masa lalu," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Pejabat senior AS berharap untuk meneken satu perjanjian lagi sebelum masa jabatan Trump berakhir pada 20 Januari. Kewenangan presiden untuk memberikan Medali Keamanan Nasional dimulai pada tahun 1953. Di bawah perintah eksekutif, presiden boleh memberikan pengakuan atas kontribusi besar di bidan keamanan.
Diberitakan pada Selasa (22/12/2020), pemerintahan Trump akan memberikan dana miliaran dolar jika Indonesia mau ikut dalam rencana Presiden AS. Menurut seorang pejabat AS, Indonesia diminta bisa ikut mendorong agar negara negara Muslim mau membangun hubungan dengan Israel. Korporasi Keuangan Pembangunan Internasional AS dapat melipatgandakan portofolio senilai USD 1 Miliar saat ini jika Indonesia mau menormalkan hubungan dengan Israel, kata Chief Executive Officer DFC Adam Boehler dalam sebuah wawancara Senin di Hotel King David di Yerusalem.
U.S. International Development Finance Corporation (DFC) atau Korporasi Keuangan Pembangunan Internasional AS merupakan badan pemerintah yang bertugas melakukan investasi di luar negeri. "Kami sedang membicarakannya dengan mereka," kata Boehler. "Jika mereka siap, mereka siap dan jika mereka siap maka kami akan dengan senang hati bahkan mendukung secara finansial lebih dari apa yang kami lakukan."
Dia mengatakan tidak akan terkejut jika pendanaan organisasinya untuk Indonesia, negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, didorong oleh 'satu atau dua miliar dolar lebih'. Para pemimpin AS dan Israel memang berharap akan lebih banyak negara Arab ataupun mayoritas Islam yang mau menormalisasi hubungan dengan Israel. AS juga berharap Oman dan Arab Saudi akan bergabung.
Walaupun, Bohler mengatakan pendanaan DFC untuk kedua negara itu dibatasi karena organisasi tersebut tidak diizinkan berinvestasi secara langsung di negara negara berpenghasilan tinggi. "Saya berharap pemerintah tidak tergiur bantuan ekonomi." "Harga diri bangsa dan cita cita pendiri bangsa terlalu murah dijual atas nama kepentingan ekonomi," kata Sukamta kepada awak pers, Kamis (24/12/2020).
"Pemerintah Indonesia harus terus berkomitmen dengan garis politik luar negeri yang menolak segala bentuk penjajahan." "Upaya melakukan normalisasi hubungan dengan negara penjajah, ini jelas bertentangan dengan amanat pembukaan UUD RI 1945," tambahnya. Sukamta menanggapi santernya kabar bahwa AS menawari milyaran dolar untuk Indonesia asalkan mau menormalisasi hubungan dengan Israel.
Menurutnya, empat negara Arab yang melakukan normalisasi memiliki agenda politik tertentu yang berkaitan dengan AS dan Israel.