General Manager Penerbit Tiga Serangkai, Admuawan mengatakan, pihaknya dengan terbuka menerima kritik dan saran. Pihaknya menegaskan, bila pihaknya bukan bagian dari kelompok intoleran bahkan terlibat terosisem seperti yang dituduhkan. "Rekomendasi itu pasti kita terima.
Jadi, bagaimana kita ini menjadi mitra pemerintah dan berkontribusi dalam mencerdaskan bangsa," tandasnya. Berikut fakta fakta terkait kasus itu : Admuawan juga berjanji akan merevisi soal di bukupelajaran agama yang menuliskan Ganjar tidak pernah bersyukur bahkan tidak pernah salat dan berkurban.
Selain merevisi, penerbit akan sowan ke Gubernur Jawa Tengah GanjarPranowo untuk mengklarifikasi soal tersebut. "Kita bersedia untuk sowan ke Pak Ganjar menjelaskan ini bahwa kita tidak ada tendensi apapun. Apalagi di berita berita itu sudah dipelintir," kata dia.
Admuawan mengatakan, pasca soal itu viral di media sosial, pihak Kesbangpol dan Polresta Surakarta sudah datang meminta klarifikasi. Pihaknya pun mengatakan, nama Ganjar di soal tersebut tidak ada kaitannya dengan Gubernur Jateng. Lalu, proses penyuntingan buku tersebut juga sudah sesuai prosedur, antara lain kode etik penyuntingan, antara lain tidak bias gender, menyebut SARA, memupuk nasionalisme dan lainnya.
"Terkait nama Pak Ganjar yang ada di buku agama kita, tadi dari Kesbangpol Jateng itu sudah klarifikasi ke sini kami juga yang menemui dan menjelaskan. Dan juga dari Polresta Solo," kata dia Admuawan menambahkan, salah satu bukti buku itu tak ada kaitannya dengan Gubernur Ganjar adalah tahun terbit.
"Jadi Pak Ganjar itu sekadar contoh sebuah nama di soal saja. Terbitnya tahun 2009, sementara Pak Ganjar (Gubernur Jateng) mulai 2013. Jadi empat tahun sebelumnya," kata dia.
Lalu, Nama Ganjar muncul dalam bukupelajaran agama yang terbit tahun 2009. Ketika itu, nama Ganjar belum dikenal seperti sekarang ini. Sekelompok pegowes Temanggung datangi kantor Tiga Serangkai, Rabu 10 Februari 2021.
Ada 8 orang yang datang menaiki sepeda ontel. Mereka mengatasnamakan Masyarakat Peduli Anak. Orang orang itu membawa spanduk bertulisan Sayang Anak Indonesia.
Spanduk tersebut dibentangkan di depan kantor Penerbit Tiga Serangkai, Jalan Prof Supomo, Sriwedari, Laweyan, KotaSolo. Korlap Aksi, Mursolin menyampaikan, sebagai masyarakat dia hanya ingin memberikan kontrol. "Karena kami juga mempunyai anak didik yang masih SD.
Setelah itu kami tahu kalau ada berita di Bekasi, kami tidak ingin itu terjadi di Jawa Tengah," ucapnya. Tapi, lanjut dia, sudah ada klarifikasi dari pihak penerbit. "Paling tidak kami, seperti yang kami sampaikan di pernyataan sikap kami.
Intinya, kami tidak ingin ada pembelajaran yang salah diterima oleh anak kami," jelasnya. Menurutnya, setelah ada obrolan, pihak Tiga Serangkai mau merevisi terbitan buku tersebut. "Jangan sampai lah.
Bisa terulang lagi," ujarnya. Sebanyak 8 orang yang datangi kantor Penerbit Tiga Serangkai tak mengetahui bila sudah ada klarifikasi dari pihak penerbit terkait nama Pak Ganjar di bukupelajaran agama. Kolap Aksi, Mursolin, mengaku pihaknya tidak mengetahui sudah ada klarifikasi.
Lantaran dia bersama rombongan berangkat dari Temanggung Selasa 9 Februari 2021 kemarin. "Kami tidak bermaksud apa apa. Mohon maaf yang ini (buku) salah, supaya ini ditarik kembali," ucapnya, Rabu 10 Februari 2021.
Dia menyampaikan berangkat dari Temanggung bersama sama dengan menggunakan sepeda ontel dan sempat berhenti di Boyolali. "Ini nanti istirahat bentar langsung pulang," ungkapnya.